Kalau saja Jaka Tingkir menuruti amarahnya, bisa jadi tak ada nama Kerajaan Pajang dan Mataram Islam. Jaka Tingkir paham betul bila salah satu nilai spritual politik; harus bisa bersabar. Sabar untuk menggapai tujuan politik. Politik merupakan proses tumbuh menuju kematangan.
Sudah semestinya kesabaran harus diuji dengan kepedihan mendalam. Jaka Tingkir harus menahan amarahnya ketika ayahandanya dibunuh oleh Sunan Kudus atas perintah Raden Patah, penguasa Kerajaan Demak.
Demi cita-cita besar, Jaka Tingkir harus bersabar. Menyimpan amarah yang seharusnya membuncah ketika Sang Ayah direnggut dari sisinya.
Atas nama tujuan besar, dendam dan amarah itupun disimpan rapat-rapat. Berusaha tak satu pun musuh bisa mengendus bara amarah yang tersimpan dalam sekam.
Ayahanda Jaka Tingkir, Ki Kebo Kenanga adalah anak dari Ki Ageng Pengging sepuh dengan Dyah Hayu Ratna Pembayun. Sementara Raden Patah dan Nenek Jaka Tingkir (Dyah Ratna Pembayun) merupakan anak Brawijaya V, raja terakhir Majapahit dari ibu berbeda.
Ki Kebo Kenanga dituding melawan dewan wali. Dipandang tersesat karena berguru pada Syekh Siti Jenar.
Ketika diminta menghadap ke Demak, Ki Kebo Kenanga menolak perintah Raden Patah. Penolakan Ki Kebo Kenanga dipandang sebagai perlawanan terhadap Demak.
Perintah untuk menghukum Ki Kebo Kenanga pun turun. Dibawah pimpinan Sunan Kudus, utusan Demak tiba di Pengging untuk menanyai kenapa Ki Kebo Kenangan tidak berkenan memunuhi perintah Raja Demak. Karena tidak menemui jawaban yang memuaskan, akhirnya Ki Kebo Kenanga dieksekusi.
Sesudah peristiwa tragis itu, Jaka Tingkir ikut ke Istana Demak. Ia memulai perjalanan karir politiknya dengan cara mengabdi pada Kerajaan Demak.
Sepeninggal Raden Patah, Demak mulai mengalami kemunduran. Puncak kemunduran itu setelah pemberontakan Arya Penangsang. Dan yang menjadi penyelamat Kerajaan Demak adalah Jaka Tingkir.
Usai menyelamatkan Demak dari penghianatan Arya Penangsang, Jaka Tingkir mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Pajang. Kerajaan bercorak Islam.
Jaka Tingkir atau yang juga dikenal dengan panggilan Sultan Hadiwijaya mendirikan Kerajaan Pajang setelah berhasil menumpas pemeberontakan Arya Penansang. Kita ketahui bersama, kelak dari Pajang berdiri Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede, Yogyakarta.
Sekitar dua kali Pemilu, Jaka Tingkir ‘puasa’ sebagai abdi pada kerajaan Demak. Hingga akhirnya diberi kepercayaan oleh Sultan Trenggono memimpin Kadipaten Pajang. Dari sinilah kelak Kerajaan Pajang Islam berdiri.
Buah kesabaran politik Seorang Hadiwijaya, menjadi Sultan pertama Kerajaan Islam Pajang.
Penulis :
Bung Adi Siregar
(Penggiat Bekasi Books Club)