Hingga akhir Juli 2021, Kementerian Komunikasi Dan Informatika mencatat sebaran hoaks terkait Covid-19 dan vaksin mencapai 1.795. Dengan total sebaran hoaks di media sosial mencapai 4.004 postingan.
Sebaran hoaks ini turut memengaruhi sikap publik terkait penanganan Covid-19. Ada yang tidak mau ke rumah sakit karena takut dicovidkan. Ada juga yang tidak mau divaksin karena termakan hoaks vaksin terbuat dari zat babi.
Persoalan bawaan pandemi ini turut mempersulit penanganan Covid-19. Krisis komunikasi turut memperparah impak dari pandemi ini. Peran government public relations sangat diharapkan mengatasi krisis komunikasi selama pandemi ini.
Litbang Info Bekasi.co melakukan riset terkait bagaimana government public relations selama pandemi ini. Riset ini ingin menyajikan gambaran seperti apa peran government public relations dalam menghadapi hoaks selama pandemi satu tahun terakhir.
Riset government public relations ini dilakukan kepada kota/kabupaten Bogor, Bekasi, Tangerang dan Depok. Ketujuh kabupaten/kota dipilih sebagai obyek kajian karena episentrum sebaran Covid-19 di wilayah ini. Disamping itu wilayah ini pertama kalinya Covid-19 ditemukan. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kuantitatif. Riset ini menggunakan pendekatan analisis isi: deskriptif. Pendekatan deskriptif tidak bertujuan untuk mencari hubungan ataupun menguji hipotesa. Karenanya, kajian ini lebih menggambarkan aspek, konteks, ataupun frekuensi
Dari riset tersebut ditemukan beberapa hal. Pertama, Kota Depok paling banyak memproduksi konten edukasi tentang Covid-19. Kedua, Kota Bekasi paling banyak melakukan counter hoaks tentang covid-19. Ketiga, Kota Bogor paling rajin melakukan edukasi dan campaign tentang vaksin. Keempat, Kota Depok dan Kabupaten Bogor tidak pernah mengeluarkan konten public relations untuk mengcounter hoaks selama satu tahun lebih pandemi. (tim)