Pemerintah Kota Bekasi meluncurkan program sedekah sampah bagi aparaturnya setiap Senin mulai pukul 06.00-09.00. Melalui program itu, pemerintah berharap aparatur sipil negara menjadi teladan di masyarakat dalam mengelola sampah terutama sampah anorganik.
“Hari ini kami meluncurkan program Sedekah Sampah. Jika konsisten, diharapkan dapat mengurangi sampah hingga 30 persen,” kata Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto di Plasa Pemkot Bekasi, Senin, 22 Juli 2019.
Menurut dia, hari pertama program itu bergulir ada 1.372 kilogram sampah yang terdiri dari kertas koran, kardus, botol mineral, dan minyak goreng bekas atau jelantah sebanyak 17 liter. Sampah-sampah ini dibawa oleh ASN di setiap organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan pemerintah Kota Bekasi.
Tri menuturkan, sampah-sampah tersebut dikirimkan ke Sekretariat Bank Sampah Induk Patriot (BSIP) yang berada di Mustikajaya. Sampah-sampah tersebut akan didaur ulang menjadi benda yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Adapun minyak bekas akan diolah menjadi biogas. “Pengolahan sampah mandiri bisa efektif mengurangi pembuangan sampah ke TPA,” kata Tri.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi mencatat produksi sampah warga setempat setiap hari mencapai 1.500 ton dengan rincian 40 persen anorganik, dan 60 persen organik. Tri optimis jika program bank sampah digalakkan, maka akan mengurangi 500 ton sampah yang dibuang ke TPA Sumurbatu di Bantargebang.
“Produksi sampah per harinya sesuatu yang luar biasa dan emergency,” katanya.
Menurut dia, kapasitas TPA Sumurbatu di Bantargebang, Bekasi, seluas 20 hektar tidak mampu menampung beban produksi sampah yang ada. Karena itu, ucap dia, butuh upaya yang dapat mengurangi pembuangan sampah ke Bantargebang, salah satunya menggalakkan bank sampah. “Bank sampah yang sudah eksis mencapai 280. Ini menunjukkan animo yang cukup baik,” kata Tri.
Sumber : metro.tempo.co