Duh, senangnya, bila pemimpin dekat dengan rakyat. Apalagi saat air PAM mati, amat sangat kangen pemimpin hadir. Minggu lalu, warga Bekasi pada teriak air PAM mati beberapa hari. Mana lagi puasa. Air PAM juga ikut puasa.
Sayang, saat-saat penting begitu malah pemimpin tak satu pun hadir menemui masyarakat. Yang kasih penjelasan cuma admin medsos. Coba, yang datang pemimpin Bekasi. Kasih solusi warga yang kesulitan air bersih saat PAM mati.
Berbaik sangka sajalah. Mungkin pemimpin Bekasi lagi sibuk safari Ramadan dan tarawih keliling. Toh, itu juga pertanda pemimpin Bekasi hadir ditengah masyarakat.
Kalau musim pandemi begini, penting dan mendesak gak sih safari Ramadan dan tarawih keliling pejabat Bekasi? Serius nanyak. Kampanye kurangi kerumunan seolah tak ada arti. Bukannya inti penyebaran Covid-19 itu kala ada kerumunan. Untuk itu strategi utamanya kurangi kerumunan. Apalagi kerumunan itu tidak penting amat.
Kadang rakyat dibuat bingung dengan kebijakan pemerintah. Satu sisi, kencang bangat larang berkerumun. Tapi pada sisi yang lain, pemerintah Bekasi bikin acara yang mengundang kerumunan massa.
Acara seperti safari Ramadan dan tarawih keliling menjadi ajang interaksi orang yang berbeda secara wilayah. Padahal teori pengurangan penyebaran Covid-19, batasi interaksi manusia.
Safari Ramadan dan tarawih keliling dihadiri pejabat daerah. Masyarakat pun berkumpul untuk hadir di acara tersebut.
Kalau acara ini memang harus ada, baiknya yang hadir cukup walikota/bupati dan wakilnya saja. Toh, gak akan mengurangi esensinya. Pemimpin bersilaturrahim dengan rakyat di bulan penuh berkah ini. (tim)