Bertahan hingga hari ini di belantara politik yang beringas, boleh dikata Megawati bisa selamat dari disrupsi. Bertahan sebagai ketua umum dari tahun 1999 sampai hari ini, belum ada petunjuk akan lengser. Justru sebaliknya, makin kuat sebagai ketua umum partai paling legendaris. Megawati tercatat sebagai ketua umum partai terlama yang ada saat ini.
Posisi Megawati makin kuat karena partai yang ia pimpin selalu masuk Big 3 di setiap Pemilihan Umum (Pemilu) pasca Reformasi. Dalam dua Pemilu terakhir, PDIP menjadi partai pemenang pesta demokrasi. Bila hasil survey berkesesuaian dengan hasil Pemilu 2024, maka PDIP akan mencetak hattrick, tiga kali menang Pemilu secara berturut-turut.
Sebagai orang nomor satu di PDIP, Megawati bukan tanpa gangguan dan perlawanan. Beberapa kadernya pernah ‘menguji’ seberapa kokoh Megawati di kandang banteng. Dan memang PDIP adalah Megawati. Megawati adalah PDIP. Sulit meruntuhkan kekuasaan Megawati di PDIP. Kader PDIP seperti Roy BB Janis, Sophan Sophian, Kwik Kian Gie dan Eros Jarot tak kuasa menggusur kesaktian Megawati.
Walau sudah pecah beberapa kali, PDIP tetap saja solid dibawah Megawati. Bahkan sukses dua kali memenangi Pemilu secara berturut-turut. Menempatkan kadernya sebagai Presiden. PDIP tercatat sebagai partai yang paling banyak kadernya menjadi presiden. Tentu demikian halnya sebagai kepala daerah. Banyak kader PDIP yang memimpin daerah baik kota/kabupaten dan provinsi.
Putri Presiden Soekarno itu sukses menjaga stabilitas dan dinamika di internal PDIP. Bukan tak ada yang mau mencoba mengusik kesolidan rumah banteng, Megawati tetap bisa bertahan. Hingga hari ini, PDIP tetap solid dibawah Megawati. Walau Megawati bersitegang dengan kadernya yang juga Presiden Republik Indonesia ke 6 Joko Widodo. Tidak ada tanda-tanda bila kader PDIP terbelah dengan konflik tersebut. Justru PDIP makin solid dibawah Ketua Umum Megawati.
Suka tak suka Megawati bukan saja sebagai ketua umum, juga memiliki peran sentral sebagai simbol pemersatu PDIP. Pake teori dan model gerakan apapun Megawati tetap pemegang saham tunggal PDIP. Megawati tetap sebagai determinan tunggal. Kontras dengan corak Partai Golkar yang dimiliki banyak pemegang ‘saham’.
Patut diakui konsisten dalam bersikap menjadi watak dan roh Megawati dalam melakoni politik nasional. Ada ruang dia bisa kompromi tapi ada yang tak bisa ditawar. Ini yang membuat orang makin segan dengan Megawati.
Perayaan HUT PDIP ke-50 beberapa waktu lalu makin menegaskan sikap dan konsistensi sikap pandangan Megawati. Menurutku cerita panjang lebar Pidato Megawati bisa disimpulkan jadi dua poin penting.
Pertama, Meski tak eksplisit, Mega ingin mengingatkan ulang bila Jokowi tetap sebagai petugas partai. Tak lebih. Dan itu Megawati buktikan ketika menetapkan Ganjar Pranowo – Mahfud MD sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden dari partai tersebut. Megawati mengambil keputusan itu secara mandiri. Tanpa melibatkan Presiden Joko Widodo dalam keputusan politik paling strategis jelang Pemilu 2024.
Nyentil presiden di muka umum bukan kali itu dilakukan Megawati. Wajar bila pihak istana gerah dan kurang berkenan dengan ulah Megawati tersebut. Imbasnya, Pramono Anung yang dipersalahkan.
Kedua, Penentuan calon presiden hak prerogatif Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Dan gak ada kader atau petinggi PDIP yang berani mempertanyakan hak istimewa Megawati tersebut. Kader PDIP mana ada yang berani menuntut demokratisasi di tubuh partai. Semua tunduk dengan keputusan Ibu ketua Umum. Bila ada yang tidak sejalan silahkan minggir. Seperti yang dilakukan Budiman Sujatmiko yang tak sejalan dengan keputusan Ibu Ketua Umum dalam penetapan calon presiden. Akhirnya, Budiman Sujatmiko sadar diri dengan memilih mengakhiri karir politiknya sebagai kader PDIP.
Begitulah Megawati memimpin dan membesarkan PDIP, Konsistensi Sikap dan Berpegang Kuat Pada Nilai Yang Ia Anut. Tentu beda dengan politisi yang datang belakangan, mentalitas medioker.
Dan terpenting, Megawati sudah selesai dengan dirinya. Ini yang menjadikan dia lebih kuat. Akankah Megawati bisa ‘memenangi’ pertarungan dengan kadernya sendiri, Joko Widodo. Dan pertarungan ini baru dimulai. Sambil menunggu opera Megawati versus Joko Widodo baiknya sebat dulu Pak Cik.
Penulis:
Bung Adi Siregar (Kolumnis Asal Bekasi)