Menghadapi bencana dengan kesiapan mental dan pengetahuan yang memadai adalah hal krusial untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Indonesia, sebagai negara yang terletak di wilayah cincin api Pasifik, memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, hingga tsunami. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tidak hanya waspada, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang penanganan bencana.
Edukasi kebencanaan perlu ditanamkan sejak usia dini dan dilakukan secara berkala hingga dewasa. Literasi kebencanaan bukan hanya berkaitan dengan apa yang harus dilakukan selama bencana terjadi, tetapi juga mencakup pemahaman tentang mitigasi risiko sebelum bencana dan pemulihan setelahnya.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), salah satu faktor yang memperbesar dampak bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang penanganan bencana. Edukasi ini penting karena bisa menyelamatkan banyak nyawa dan mencegah kerugian besar.
Salah satu contoh negara yang berhasil dalam hal ini adalah Jepang. Jepang menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami, dengan program edukasi kebencanaan yang sangat efektif. Mereka melakukan simulasi bencana secara rutin di sekolah-sekolah, tempat kerja, dan komunitas.
Selain itu, warga Jepang dilatih untuk mengetahui langkah-langkah darurat, seperti penggunaan jalur evakuasi, pertolongan pertama, serta pengenalan konstruksi bangunan tahan gempa. Sistem ini telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa saat bencana besar terjadi di negara tersebut.
Di Indonesia, upaya serupa bisa diterapkan, terutama dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesiapan menghadapi bencana. Selain itu, pemerintah dan lembaga terkait perlu terus memperbarui program pelatihan kebencanaan serta menyediakan akses informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Program simulasi bencana dan pelatihan tanggap darurat harus menjadi bagian rutin dari kegiatan masyarakat, sekolah, dan instansi pemerintah.
Selain pendidikan dan pelatihan, infrastruktur juga memainkan peran penting dalam mitigasi bencana. Misalnya, bangunan di daerah rawan gempa harus didesain sesuai standar tahan gempa. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengambil langkah untuk memperbaiki infrastruktur tahan bencana, namun masih banyak yang perlu dilakukan. Pembangunan infrastruktur tahan bencana, seperti jalur evakuasi dan tempat penampungan darurat, perlu diperluas ke wilayah-wilayah yang paling rentan terkena bencana.
Dengan meningkatkan kesiapan mental, pengetahuan, dan infrastruktur, Indonesia dapat mengurangi dampak bencana di masa depan. Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan lebih mampu bertindak cepat dan tepat, sehingga risiko cedera, kematian, dan kerugian harta benda dapat diminimalisir. Upaya bersama ini tidak hanya akan melindungi masyarakat, tetapi juga meningkatkan ketahanan negara dalam menghadapi bencana alam yang tak terhindarkan.
Artinya, Prediksi potensi terjadinya megathrust dari BMKG seharusnya tidak membuat masyarakat panik atau merespons secara berlebihan hingga menghambat produktivitas. Sebaliknya, informasi ini harus dipahami sebagai peringatan untuk lebih waspada terhadap kenyataan geografis Indonesia yang rawan bencana alam, khususnya gempa bumi. Prediksi ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih siap, baik dari segi fisik maupun mental. Edukasi terkait mitigasi bencana serta pemahaman tentang langkah-langkah yang tepat saat bencana terjadi menjadi sangat penting dalam menghadapi ancaman megathrust.
Penulis : Bung Adi Siregar (Kolumnis Asal Bekasi)