Lagi rame nih, Tentang Polemik Full Day School yang terjadi kembali di Indonesia. Pro dan Kontra terjadi lagi baik oleh tokoh, lembaga pendidikan maupun ormas lainnya. Ternyata, polemik Full Day School juga sudah terjadi sejak satu tahun lalu di bulan Agustus saat Menteri Pendidikan Bapak Muhadjir Effendi menggulirkan wacana tersebut dan kala itupun, langsung menuai protes beberapa kalangan.
Pengamat Pendidikan Kota Bekasi, Agunung Nursidik mengatakan bahwa Full Day School adalah untuk pembenahan karakter bangsa yang kini menjadi fokus Pemerintah Indonesia.
“Kalo pemerintah ingin memulai pembentukan karakter bangsa, maka institusi pendidikanlah yang menjadi tulang punggung pembentukan karakter tersebut dan tentunya peran orang tua di rumah sebagai bentuk pola hubungan sekolah dan orang tua. Karena saat ini krisis degradasi moral banyak di alami oleh anak – anak usia sekolah diantaranya adalah pergaulan bebas, tawuran, narkoba, pornografi dan lain – lain,” ungkap Agunu Nursidik.
Menurut Agung, jumlah jam pembelajaran yang sedikit belum bisa mengakomodir semua ruang gerak peserta didik dan banyak yang keliru terkait 8 jam pelajaran dalam sehari. Padahal, full day school itu bukan berarti siswa di padatkan dengan aktifitas pelajaran, tetapi di situ banyak pembelajaran yang bermuatan karakter, penyaluran bakat dan potensi siswa.
“Di antaranya kegiatan ekstrakurikuler, kokulikuler, program karakter sekolah, budaya sekolah dan lain – lain,” ungkapnya.
Ia berharap, kita sebagai masyarakat Kota Bekasi harus bijak dalam menyikapi polemik pendidikan ini. Karena yang paling utama adalah bagaimana agar pembentukan karakter di Indonesia tetap terwujud dengan baik.
“Marilah kita bersama – sama arif dan bijak dalam menyikapi polemik ini, tidak perlu di besar – besarkan. Full Day School bisa menjadi solusi pembentukan karakter karena memiliki rentang waktu yang lebih banyak,” tutupnya.
