Energik, humble, kesan pertama kala berkenalan 5 tahun lalu. Saat itu jelang Pemilihan Umum 2019. Ia pun mulai turun ke “bawah”. Menyapa pemilih. Menemui masyarakat dengan latar belakang beragam. Mengetuk pintu demi pintu warga. Memperkenalkan diri sebagai calon anggota DPRD Kota Bekasi.
Hampir 5 tahun menjadi anggota dewan, gak ada yang berubah. Tetap energik kala bersua dengan masyarakat. Humble, tetap melekat walau sudah menjadi pejabat, anggota DPRD Kota Bekasi.
Bu Evi, begitu ia disapa. Nama lengkapnya Evi Mafriningsianti. Awalnya aku gak terlalu menaruh perhatian pada sosok ini. Namun lambat laun, karena nama itu kian terbiasa terdengar. Akhirnya telinga mulai akrab dengan sebutan Bu Evi. Apalagi namanya makin sering terucap dalam obrolan di pergaulan lingkungan. Terutama kala itu statusnya masih sebagai Caleg pendatang baru.
Ia sukses mencuri perhatian. Permulaan yang bagus untuk mengenalkan diri sebagai Caleg pendatang baru. Ibu-ibu mulai membicarakannya, terutama model kampnye Bu Evi yang memikat hati warga. Simpati warga berujung pada keputusan untuk memilihnya sebagai wakil warga di lembaga perwakilan daerah Kota Bekasi. Ia pun terpilih pada Pemilu 2019.
Cerita tentang Bu Evi gak sampai saat ia terpilih. Tidak, Cerita masih berlanjut. Terbukti, ia mewujudkan janjinya untuk kembali ke masyarakat bila kelak terpilih menjadi wakil rakyat. Tak seperti dewan yang sering kita temui bila sudah terpilih putuslah silaturrahim. Jangankan ketemu, membalas WA pun belum tentu mau. Padahal, dinotifikasinya, pesan sudah dibaca. Banyak dan kebanyakan begini pejabat yang sudah terpilih. Lupa pada mereka yang sudah memberi mandat padanya hingga duduk di kursi terhormat.
Bu Evi agak lain dari kebiasaan Caleg pada umumnya. Suka bikin banyak janji, kala terpilih, penyakit lupa pun menghinggapi. Bu Evi agak lain, janji-janji yang ia sampaikan semasa kampanye sebisa mungkin ia penuhi. Sebagai orang yang paham agama, aku sangat yakin bila Bu Evi paham betul, kebijaksanaan yang mengatakan begini, janji adalah hutang.
Janji yang ia ucapkan ke masyarakat, satu demi satu ia penuhi. Janji untuk sering-sering temui masyarakat, turun ke bawah, sudah ia penuhi. Dan yang terpenting, janji untuk advokasi kepentingan dan kebutuhan publik juga ia tunaikan. Ini yang terpenting. Bukti bila bisa bekerja sebagai wakil rakyat. Tidak duduk manis di kursi yang empuk. Giliran mengurus aspirasi masyarakat, planga plogo. Hanya jago bikin alasan menutupi ketidakmampuannya.
Aspirasi masyarkaat, Bu Evi perjuangkan agar menjadi kebijakan anggaran di APBD Kota Bekasi. Aspirasi ia dengar dan kemudian diperjuangkan menjadi program pada mata anggaran daerah.
Sebagai orang yang mewakili rakyat di lembaga dewan, Ketua Fraksi PAN DPRD Kota Bekasi itu beneran memfungsikan dirinya sebagai wakil rakyat. Penyambung aspirasi masyarakat. Mengubah aspirasi masyarakat menjadi kebijakan publik.
Memilih wakil rakyat untuk duduk di dewan bukan perkara sederhana. Apalagi kita punya ekspektasi orang yang mewakili kita benar – benar amanah dan bertanggungjawab terhadap suara yang sudah kita titipkan. Bila kita paham apa makna “mewakil”. Ini tentu amat sakral. Tak mau asal ngasih suara pada orang yang belum teruji bisa bekerja untuk konsituennya.
Penjelasan sederhanya begini, hidup di komunitas bernama Kota, ada banyak persoalan publik yang butuh diselesaikan. Persoalan sampah, banjir kemacetan, kenyamanan lingkungan dan pelayanan publik. Dan yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan itu, dewan, birokrasi dan kepala daerah.
Nah, kaitannya dengan pemilihan anggota dewan kota, kita butuh sosok anggota dewan yang punya integritas, cakap dalam memperjuangkan aspirasi konsituennya. Bila salah memilih wakil, siap-siaplah berdamai dengan banjir, macet, sampah tidak diangkut, sarana lingkungan yang tak layak dan pelayanan publik yang centang perenang.
Gak banyak anggota dewan yang mau berjuang “beneran” mengusahakan aspirasi rakyat terwujud. Bu Evi, termasuk anggota dewan yang beneran memperjuangkan aspirasi konsituen yang ia wakili.
Bila ada anggota dewan yang sudah membuktikan kinerjanya selama menjabat wajib kita pilih. Lah, sudah terbukti kok, bisa kerja dan amanah. Masa, mau coba-coba yang lain. Belum terbukti dan juga belum tentu terpilih. Hangus, sayang suaranya diberikan ke Caleg yang gak berpotensi menang. Pilih yang pasti-pasti aja. Milih dewan kok coba-coba.
Penulis:
Bung Adi Siregar (Kolumnis Tinggal Di Bekasi)